(Foto: Kepala Dinas Dikbud Provinsi NTB Dr. H. Aidy Furqan, M. Pd)


Mataram - Reportase7.com

SMA Terbuka kini menjadi alternatif bagi anak-anak yang putus pendidikan. Jumlah yang putus pendidikan hingga mencapai 2.500 anak di NTB. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) NTB telah menunjuk 25 sekolah untuk membuka SMA Terbuka.

Tahun pertama 2021 sebanyak 17 SMA Terbuka, kemudian bertambah di tahun 2022 8 SMA Terbuka, sehingga total SMA Terbuka di NTB adalah 25 sekolah. (08/07/2023)

Untuk tahun ketiga yakni 2023, pihak Dikbud NTB akan menunjuk sekolah untuk SMA Terbuka, kali ini ada di Kota Mataram yaitu SMAN 10 Mataram dan SMAN 11 Mataram, untuk di Lombok Barat SMAN 1 Batulayar.

Kepala Dinas Dikbud NTB Dr. H. Aidy Furqan, S.Pd ketika ditemui media diruang kerjanya mengatakan untuk tahun 2023 akan ditunjuk dua sekolah untuk membuka SMA Terbuka, yaitu SMAN 10 dan SMAN 11 yang ada di Kota Mataram

"Dikbud NTB akan kembali menunjuk sekolah untuk membuka SMA Terbuka, itu ada dua sekolah SMAN 10 Mataram dan SMAN 11 Mataram, dan SMAN 1 Batulayar yang ada di Lombok Barat untuk zonasi senggigi dan pusuk," ujar Aidy.

Dijelaskan Kadis Dikbud NTB, setelah mengadakan observasi dan turun bersama Wagub pada waktu agenda bakti stunting dan sosial lainnya, ternyata di Mataram juga ada yang membutuhkan sekolah terbuka.

"Namun, untuk saat ini belum full yang mendaftar walaupun baru satu atau dua orang yang menitip, diterima dulu tetapi belum final karena menyeleseikan yang reguler terlebih dahulu sampai tanggal 13 July," terang Aidy.

Dijelaskan Aidy, untuk 25 SMAN Terbuka yang berjalan ini telah lulus sekolah pada angkatan pertama sebanyak 230 orang, sisanya masih 2.500 orang tahun depan.

"Kita ingin menuntaskan tentang SMA Terbuka itu, supaya masyarakat yang ingin mendapatkan ijazah pendidikannya bisa terlayani," imbuhnya.

SMA Terbuka adalah emergency solution (pintu darurat) untuk mengatasi anak-anak yang drop out. Misalkan, karena faktor menikah atau dinikahi akhir berhenti sekolah dalam jangka waktu yang lama, faktor minimnya ekonomi.

Lanjut Aidy, dan terakhir ada beberapa anak-anak yang tidak ingin sekolah di gedung. Ketiga faktor ini boleh melanjutkan di sekolah terbuka.

Kemudian untuk batas usia di SMA Terbuka itu maksimal 21 tahun, jika anak-anak putus sekolah masih berada diusia 16-18 tahun, maka masih bisa masuk di sekolah reguler dengan kebijakan dari sekolah nantinya akan dibantu melalui pembuatan kartu indonesia pintar (KIP) agar bebas pembiayaan.

"Faktor lainnya juga ada 12 persen karena minder dan cacat, itu dari 2.948 yang masuk sekolah sudah terinput realisasi, dan 33 persennya itu sudah bekerja (minim ekonomi), 30 persennya itu menikah diusia dini, 22 persen memilih untuk bekerja," jelas Aidy.

Pewarta: Fitri
Editor: R7 - 01