Sumatera Selatan – Reportase7.com
Dinamika internal Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) terus memanas. Ketua Pengurus Wilayah (PW) KAMMI Sumatera Selatan bersama sejumlah PW lain menyatakan dukungan kepada Jundi sebagai Ketua Pengurus Pusat (PP) KAMMI. Langkah itu justru memantik kritik keras dari kader di daerah yang menilai sikap tersebut sebagai tindakan keliru.
Kader KAMMI Sumatera Selatan Dimas, menegaskan dukungan Ketua PW Sumsel terhadap Jundi berlawanan dengan fakta maupun aturan organisasi. Menurutnya, Jundi adalah pihak yang secara terang melakukan pelanggaran terhadap Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) KAMMI.
“Langkah Ketua PW Sumatera Selatan mengeluarkan sikap dan terlibat dalam membela Jundi yang sudah dipecat adalah keliru,” tegas Dimas, Sabtu 21 September 2025.
Ia menyebut Ketua PW Sumsel semestinya lebih bijak dalam mengambil posisi agar tidak terjebak pada sikap emosional.
“Padahal jelas siapa yang melanggar AD/ART, yaitu Jundi. Seharusnya Ketua PW Sumsel tidak arogan dalam membela pihak yang salah,” ujarnya.
Dimas menilai kondisi ini adalah cerminan kegagalan kepemimpinan Jundi di tubuh KAMMI. Seorang pemimpin, kata dia, mestinya menjaga marwah organisasi, bukan justru menimbulkan kegaduhan dan konflik berkepanjangan.
“Ini adalah bentuk kegagalan Jundi dalam memimpin organisasi. Jangan sampai KAMMI dibawa ke arah yang salah hanya karena kepentingan pribadi atau kelompok tertentu,” sambungnya.
Suara serupa juga datang dari kader KAMMI lainnya, Hamzah Nangwa. Ia menyebut dukungan terbuka kepada Jundi justru memperlihatkan adanya krisis integritas di tingkat pimpinan wilayah. Terlebih, ia juga menyangkan adanya sikap para Pengurus Daerah (PD) yang notabene merupakan kader-kader senior, justru tidak memahami legalitas kepengurusan pusat.
“Bagi kami di akar rumput, ini sangat memalukan. Dukungan PD dan PW kepada sosok yang jelas-jelas melanggar AD/ART sama saja menutup mata terhadap aturan organisasi. Itu menandakan ada kepentingan lain yang sedang bermain,” kata Hamzah.
Hamzah juga menegaskan pentingnya mengembalikan KAMMI ke jalur konstitusional.
“Kalau aturan bisa diabaikan, maka KAMMI akan kehilangan jati dirinya sebagai organisasi kader. Kita butuh kepemimpinan yang menyelamatkan, bukan yang membiarkan konflik semakin parah,” tegasnya.
Di tengah konflik, baik Dimas maupun Hamzah memberikan apresiasi terhadap langkah M Amri Akbar yang disebut mereka sebagai upaya penyelamatan organisasi.
“Yang perlu kita apresiasi adalah langkah M Amri Akbar sebagai upaya penyelamatan organisasi. Dengan demikian, KAMMI tidak dikelola sesuai mood dan selera pribadi, tapi berdasarkan aturan yang jelas,” tutur Dimas.
Lebih lanjut Hamzah mengatakan Amri Akbar mewakili semangat kader yang masih ingin menjaga marwah organisasi. Sikap Amri Akbar adalah simbol perlawanan terhadap pragmatisme di tubuh KAMMI.
Pewarta: Red
Editor: R7 - 01
0Komentar