Mataram - Reportase7.com
Aliansi Lembaga Peduli Keadilan dan Penegakkan Hukum Sumbawa mendatangi kantor PT Pertamina Regional (Patra Niaga) Sales Area Retail NTB yang berlokasi di Jalan Batu Bolong, Kelurahan Pagutan Barat, Kecamatan Mataram, Nusa Tenggara Barat, untuk melakukan haering terkait kelangkaan gas elpiji di kabupaten Sumbawa, Jumat 26 September 2025.
Kedatangan Aliansi Lembaga tersebut membawa aspirasi dan keresahan masyarakat Sumbawa pada umumnya yang saat ini mengalami kesulitan dan kelangkaan untuk mendapatkan elpiji.
Ketua Umum Front Pemuda Peduli Keadilan Pulau Sumbawa (FPPK-PS) mendesak PT Pertamina Regional (Patra Niaga) selaku Sales Area Retail NTB untuk bertanggung jawab atas apa yang terjadi saat ini di Kabupaten Sumbawa. Dirinya meminta kepada Aditiya laku manajer di Kabupaten Sumbawa untuk memberikan solusi dan menindak para pangkalan dan agen-agen yang telah memainkan harga eceran tertinggi (HET) di masyarakat.
"Jadi kami dari Aliansi Lembaga Swadaya Masyarakat yang peduli keadilan dan supremasi hukum, berharap kepada manajer Pertamina Regional pulau Sumbawa untuk dapat menerima dan memberikan kami jawaban kongkrit terhadap permasalahan yang terjadi saat ini di Kabupaten Sumbawa, namun kedatangan kami tidak dihargai," ujarnya.
Kedatangannya ke kantor Pertamina Regional NTB, seolah tidak mendapat respon dan dihargai oleh pihak perusahaan. Karena Aditya yang seharusnya dapat memberikan solusi tidak dapat hadir dan mangkir dari pertemuan tersebut.
Pada pertemuan sebelumnya Aditya juga tidak pernah mau menghadiri undangan untuk dapat memaparkan dan menjelaskan terjadinya kelangkaan gas elpiji di Kabupaten Sumbawa.
Aliansi Lembaga Peduli Keadilan dan Penegakkan Hukum Sumbawa akan melakukan aksi besar-besaran di kantor PT Pertamina Patra Niaga pada Minggu depan.
"Minggu depan kami akan datang ke tempat ini lagi untuk menggelar aksi," ucapnya.
Ia menyebutkan harga tabung elpiji 3 kilogram yang pada HET nya Rp 12.500 menjadi Rp50.000 per tabung. Hal ini yang memicu kemarahan masyarakat dan menjadi faktor kelangkaan elpiji di Kabupaten Sumbawa. Dalam hal ini Aditya selaku manajer harus bertanggung jawab dan mengambil sikap tegas terhadap pangkalan dan agen-agen yang menjual elpiji secara brutal.
Pada kesempatan yang sama Jahuddin Dhenis ketua LSM LPPD Sumbawa mengatakan bahwa, kegiatan aksi yang rencananya akan digelar pada hari ini untuk sementara di tunda. Ia berharap pihak yang tentunya bisa memberikan solusi serta kebijakan atas persoalan yang disampaikan bisa hadir.
Dhenis menyampaikan, kehadirannya di kantor Pertamina Regional (Patra Niaga) bersama sejumlah Lembaga lain merupakan representasi dari masyarakat pulau Sumbawa yang sampai detik ini masih mengalami kelangkaan serta mahalnya harga gas elpiji di Kabupaten Sumbawa. Ia mendesak pemerintah Provinsi NTB untuk segera menyikapi persoalan tersebut.
"Kami lihat PT Pertamina Regional NTB pada hari ini sudah menunjukkan sikap pembangkangan dan tidak kooperatif terhadap persoalan yang dihadapi oleh masyarakat pulau Sumbawa," ungkap Dhenis.
"Sudah tiga kali tiga kali kami memasukkan surat, namun sampai hari ini tidak ada respon sama sekali dari PT Pertamina regional yaitu Manager yang bernama Aditya itu, dan tidak mau hadir menemui kami," lanjutnya.
Ia berharap kepada semua pihak untuk bersama-sama kawal persoalan tersebut, dimana sampai saat ini belum mendapatkan kejelasan dari pihak Pertamina Regional.
"Kami akan kembali bersurat secara resmi untuk melakukan aksi besar-besaran," terangnya.
Ia juga meyakini masyarakat Pulau Sumbawa mendukung langkah dan tindakan yang dilakukannya, karena saat ini masyarakat masih dihadapkan dengan kelangkaan elpiji serta harga yang cukup mencekik masyarakat kecil.
"Entah siapa yang menjadi dalang dari persoalan ini. Mafia-mafia elpiji ini harus kita berantas bersama," imbuhnya.
Ketua LSM Gempar NTB Rudini juga mengecam sikap PT Pertamina Regional NTB yang tidak kooperatif terhadap persoalan kelangkaan gas elpiji di kabupaten Sumbawa, pihak Pertamina menilai lepas tangan terhadap persoalan yang bisa menimbulkan konflik di tengah masyarakat.
Atas kekecewaannya, Rudini dengan tegas memecat Aditya, manajer Pertamina bidang gas yang ada di Pulau Sumbawa. Karena di nilai tidak menghargai masyarakat dan pemerintah Kabupaten Sumbawa.
Disampaikan Rudini bahwa, Aditiya sudah beberapa kali di undang oleh pemerintah Kabupaten Sumbawa namun tidak pernah hadir.
"Kami menyatakan dengan tegas kami pecat Aditya hari ini. Kami juga menuntut hari ini juga, agar mengevaluasi seluruh agen-agen yang ada di Kabupaten Sumbawa, karena merekalah yang menyebabkan kelangkaan yang menyebabkan terjadinya penjualan secara ugal-ugalan," tegas Rudini.
Tidak mendapat respon yang baik, lanjut Rudini, PT Pertamina Regional NTB diminta untuk segera memberikan solusi dan mengacam akan menyegel kantor tersebut.
"Kami sampaikan ya, jangan salahkan kami nantinya. Kami akan melakukan aksi penyegelan di kantor ini, karena kami anggap bertugas di dalam PT Pertamina ini sudah tidak layak lagi mengurus persoalan gas elpiji ini," ungkapnya.
Dirinya meminta kepada pihak yang berwenang terutama kepada Pemprov NTB untuk segera mengevaluasi terkait dengan semua kebijakan ataupun sikap yang diberikan oleh pihak dari PT Pertamina Regional.
"Kami tidak menjamin amarah masyarakat akan semakin membara bila persoalan ini dibiarkan berlarut-larut tanpa ada penyelesaian," pungkasnya.
Haering sempat terjadi di ruang meeting PT Pertamina Patra Niaga yang diwakili oleh salah satu karyawan, namun pertemuan tersebut tidak memberikan solusi apapun terkait persoalan yang terjadi saat ini di Kabupaten Sumbawa.
Pewarta: Red
Editor: R7 - 01
0Komentar