(Foto: Mohammad Hatta, Ketua Komisi I DPRD Sumbawa Barat) 

Sumbawa Barat - Reportase7.com

Selat Alas bukan sekadar perairan pemisah antara Lombok dan Sumbawa, ia adalah urat nadi ekonomi dan jembatan kehidupan bagi ribuan orang setiap harinya. Namun, di balik rutinitas penyeberangan Poto Tano-Kayangan yang tampak normal, tersembunyi sebuah ancaman senyap yang mengerikan, armada "zombie" yang dipaksa tetap bernapas.

Mohammad Hatta, ketua Komisi I DPRD Sumbawa Barat mengatakan bahwa, kapal-kapal tua yang masih beroperasi di lintasan ini bukan lagi sekadar alat transportasi, melainkan peti mati besi yang mengapung, ibarat "Menanti Tragedi di Atas Besi Tua. 

"Kita berbicara tentang kapal dengan usia operasional yang sudah melampaui batas kewajaran, di mana kelelahan logam (metal fatigue) bukan lagi teori, melainkan fakta yang bersembunyi di balik lapisan cat baru yang menipu mata," ujar Politisi gaek dari PAN Sumbawa Barat ini, saat dihubungi media Reportase7, Kamis 11 Desember 2025.

Hatta sapaan akrabnya menegaskan bahwa kelayakan terhadap kapal-kapal yang beroperasi di penyebrangan Tano-Kalangan semata untuk memberikan keselamatan bagi masyarakat. 

"Patut dipertanyakan kenapa barang yang tidak layak masih digunakan untuk beroperasi mengangkut penumpang. Ini sangat membahayakan keselamatan penumpang," ucapnya. 

Dirinya meminta kepada Pemerintah Provinsi yakni Gubernur NTB untuk tegas menyikapi kondisi yang sangat membahayakan keselamatan penumpang. 

"Jangan tunggu ada korban dulu, baru semuanya sibuk," tegasnya. 

Hatta menegaskan bila mana membiarkan kapal-kapal tua tersebut terus berlayar tanpa peremajaan radikal, sama saja dengan memperjudikan nyawa penumpang di atas meja kasino bernama "keuntungan bisnis"

"Jika kita tidak bertindak sekarang untuk menghentikan operasional kapal tak layak ini, kita tidak sedang menunggu apakah bencana akan terjadi, melainkan kapan laut akan menagih harganya. Jangan sampai kita baru sadar ketika tangisan keluarga korban sudah memenuhi dermaga," ungkap mantan aktivis Sumbawa Barat ini. 


Bahaya Latent Armada Uzur

Integritas keselamatan pelayaran di lintasan Tano-Kayangan saat ini berada pada titik kritis. Keberadaan kapal-kapal berusia tua (aging vessels) yang masih mendominasi operasional penyeberangan membawa risiko kegagalan sistemik yang tidak bisa diabaikan.

Mempertahankan kapal tua beroperasi di lintasan sibuk ini (Tano-Kayangan) adalah tindakan yang mengabaikan prinsip Safety of Life at Sea (SOLAS). Risiko yang ditimbulkan tidak sebanding dengan nilai ekonomisnya. 

"Kita menghadapi potensi bencana maritim katastropik jika regulator tidak segera melakukan audit menyeluruh dan memaksa "pensiun" bagi kapal-kapal yang sudah tidak layak layar secara teknis, bukan hanya di atas kertas. Ini adalah peringatan keras, Tano-Kayangan membutuhkan armada yang prima, bukan museum kapal tua yang dipaksa berlayar," pungkasnya. 

Pewarta:  Red
Editor: R7 - 01