Lembaga Pita Putih Sosialisasi Pencegahan Stunting dan Nikah Muda

Sumbawa - Reportase7.com

Lembaga Pita Putih Indonesia melakukan sosialisasi pencegahan stunting dan nikah muda di SMA IT Samawa Cendikia, Jumat 28 November 2025.

Acara ini dihadiri oleh siswa siswi kelas 1 - 3 SMA IT Samawa Cendikia beserta jajaran guru pengajar. Tujuan dari sosialisasi ini adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya stunting dan nikah muda, serta memberikan edukasi tentang cara pencegahannya.

Turut hadir dalam kegiatan sosialisasi tersebut Ketua Pita Putih Indonesia NTB Niken Saptarini, SE, M.Sc., Waka PPI NTB Prof. Ruth Stella Petrunella Thei, Guru Besar Tetap Fakultas Pertanian Unram, Hj. Hartina dan Widyaiswara. 

Sekretaris Pita Putih Indonesia (PPI) Nusa Tenggara Barat Hj. Iriani Burhan menyampaikan bahwa, stunting merupakan masalah kesehatan yang serius dan dapat dicegah dengan pola hidup sehat dan gizi yang seimbang. 

Stunting bukanlah sekadar masalah tinggi badan. Ini adalah kondisi serius di mana seorang anak mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan akibat kekurangan gizi kronis, terutama sejak masa kehamilan hingga usia dua tahun pertama (1.000 Hari Pertama Kehidupan).

"Anak yang stunting memiliki risiko lebih tinggi terhadap penyakit, kemampuan kognitif yang kurang optimal, dan performa akademis yang rendah. Singkatnya, stunting adalah ancaman bagi kualitas sumber daya manusia dan masa depan bangsa kita," ujarnya. 

Ia menekankan agar pencegahan stunting dimulai dari sebelum anak lahir.

Gizi Seimbang Bagi Calon Ibu: 


Pastikan remaja putri dan calon ibu mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan tablet tambah darah untuk mencegah anemia.

"Lakukan pemeriksaan kehamilan (ANC) secara teratur untuk memantau tumbuh kembang janin," ungkapnya. 

"Mari bersama-sama pastikan setiap anak mendapatkan gizi terbaik untuk mencapai potensi penuh mereka, bebas dari stunting," sambungnya. 

Pada kesempatan yang sama Ketua PPI NTB Niken Saptarini, S.E., M. Sc, dan juga mantan Dekranasda NTB priode 2018-2023 menambahkan bahwa, nikah muda dapat meningkatkan risiko stunting pada anak dan mengganggu kesehatan reproduksi remaja.

Sosialisasi ini juga membahas tentang pentingnya edukasi kesehatan reproduksi, gizi seimbang, dan pola hidup sehat untuk mencegah stunting dan nikah muda.

Niken menyebutkan Nikah Muda atau pernikahan di bawah usia yang dianjurkan (idealnya di atas 20 tahun untuk wanita dan 25 tahun untuk pria) seringkali dianggap sebagai solusi, padahal ia adalah pemicu utama masalah kesehatan dan kesejahteraan keluarga, termasuk stunting.

"Secara fisik, tubuh remaja putri belum siap sepenuhnya untuk hamil dan melahirkan. Nikah Muda meningkatkan risiko komplikasi kehamilan, kematian ibu dan bayi, serta melahirkan bayi dengan berat badan rendah yang rentan terhadap stunting," ungkap Niken. 

Kesiapan Mental dan Finansial: 

Pernikahan membutuhkan kesiapan emosional, mental, dan finansial. Pasangan muda seringkali belum memiliki kematangan untuk mengelola rumah tangga, mencari nafkah, atau mendidik anak. Hal ini dapat berujung pada tingginya angka perceraian dan tekanan ekonomi yang memperburuk kondisi gizi anak.

Nikah muda sering kali menghentikan pendidikan anak. Padahal, pendidikan adalah kunci untuk meningkatkan kualitas hidup, membuka peluang kerja, dan memastikan generasi penerus dapat membesarkan anak dalam kondisi yang lebih baik.

"Jaga masa depan anak! Tunda pernikahan, raih pendidikan setinggi mungkin, persiapkan diri anda hingga benar-benar matang secara fisik, mental, dan ekonomi. Jadilah remaja yang cerdas. Jaga diri, katakan TIDAK pada pernikahan dini. Fokus pada pendidikan dan cita-cita," pungkasnya. 

Pewarta: Red
Editor: R7 - 01