Pengelola Tepis Tuduhan Pengusiran Wisatawan di Taman Wisata Benang Stokel, H. Humaidi: Kami Utamakan Pemberdayaan Masyarakat Lokal

Lombok Tengah - Reportase7.com

Tudingan pengusiran pemandu wisata yang dilakukan oleh pengelola taman wisata Geopark Rinjani Air Terjun Benang Kelambu dan Benang Stokel sempat ramai di sejumlah media online. Menepis tuduhan tersebut ketua pengelola taman wisata geopark Rinjani Air Terjun Benang Kelambu dan Benang Stokel H. Humaidi angkat bicara, Senin 05 Mei 2025.

H. Humaidi selaku penanggung jawab mengungkapkan kepada media ini bahwa, apa yang diutuhkan kepadanya sangat tidak benar.

Dirinya menceritakan prihal kejadian atau insiden yang terjadi pada taman wisata Air Terjun Benang Kelambu dan Benang Stokel, pada hari Kamis tanggal 1 Mei 2005  sekita 20 orang pengunjung besama Sahabat Pariwisata Nusantara (Sapana) berkunjung.

Setelah membeli teket masuk, sejumlah wisatawan tersebut lalu beristirahat dan makan di salah satu warung di area Geopark, oleh karena sudah menjadi kesepakantan bersama, bila mana ada pengunjung dengan jumlah yang besar tidak boleh belanja di satu warung saja. Harus dibagi-bagi kepada warung-warung yang ada di sekitarnya agar ekonomi tumbuh dan merata.

"Misalkan dalam satu kelompok atau travel ada 20 pengunjung, kami sudah arahkan kepada pemandu wisata untuk dibagi, warung A 5 orang, di warung B 3 orang dan seterusnya diroling. Jangan numpuk di satu warung saja. Ini yang tidak diterima oleh pengunjung wisata," ujar H. Humaidi.

H. Humaidi mengaku sempat menegur pihak Travel, agar mematuhi aturan yang telah menjadi kesepakatan bersama pengelola.

"Pak kalau memang kamu tidak mau ikut peraturan di sini, lebih baik kamu tidak datang bawa tamu ke sini," ulasnya menceritakan terkait kejadian saat travel ngeyel tidak mengindahkan apa yang menjadu kesepakatan diarea Geopark.

Hal tersebut dipermasalahkan oleh pihak travel dan sapana. Bahkan parahnya lagi ada tudingan disuruh balik tidak boleh masuk kawasan wisata. Padahal selesai makan, semua tamu tersebut sudah masuk dari siang sampai jam 5 sore.

"Saya baca di beberapa media online, justru kami di fitnah, menuduh kami tidak memperbolehkan para pengunjung masuk kawasan. Padahal di dalam berjam-jam dari siang sampai jam 5 sore. Inikan berita hoak yang tidak memiliki dasar yang kuat, apalagi saya selaku ketua pengelola (penanggung jawab) tidak pernah di konfirmasi," tegas H. Humaidi.

Lanjut Humaidi, dirinya meminta kepada Travel untuk didampingi oleh gaet lokal, namun pihak travel tidak mau. Dirinya menjelaskan bahwa gaet lokal yang tinggal di pinggir kawasan Geopark Rinjani ini harus diberdayakan, agar bisa menjadi sumber perekonomian masayarakat setempat.


"Pengunjung harus di dampingi oleh gaet lokal, selain menjdi sumber ekonomi masyarakat juga membantu pengunjung dalam memandu ketika berwisata di beberapa spot dalam kawasan Geopark Rinjani. Jangan sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, karena itu menjadi bagian dari tanggung jawab pengelola dan tidak ada paksaan untuk pengunjung memakai jasa gaet lokal," ungkapnya.

"Perlu di ketahui juga bahwa kami menyetor retribusi tiket ke Dinas KLHK Provinsi NTB melalui KPH Pelanggan Tastura dan setoran ke Dinas Pariwisata Lombok Tengah setiap bulan, tidak pernah telat dan nunggak, silakan di cek pada Dispar Provinsi NTB," pungkasnya.

Senada dengan sekretaris pengelola Geopark Rinjani H. Marwi mengungkapkan, apa yang beritakan di sejumlah media online terkait pengusiran terhadap pengunjung itu tidak benar dan merupakan fitnah terhadap kami selaku penanggung jawab.

"Kami disini dengan bersama-sama membantu pemerintah menciptakan lapangan kerja bagi para masyarakat lokal dan meningkat perekonomian masyarakat pinggir kawasan hutan," ucap H. Marwi.

H. Marwi mengungkapkan dengan adanya wisata alam Air Terjun Benar Kelambu dan Benang Stokel dan sejumlah spot wisata lainnya yang ada dalam kawasan Geopark Rinjani ini menjadi salah satu sumber pendapatan masyarakat lokal. Ia menyebutkan banyak yang terlibat dalam mengais rezeki pada kawasan Geopark Rinjani ini, seperti Warung-warung yang menyajikan makanan dan minuman, gaet serta ojek yang berorasi setiap hari mencari rezeki.

Hal tersebut menjadi prioritas pengelola dalam memajukan ekonomi masyarakat lokal pinggir kawasan Geopark Rinjani.

"Kami selaku pengelola bertanggung jawab kepada semua yang terlibat atau anggota yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Rimba Lestari untuk bersama-sama memajukan perekonomian masyarakat lokal," ucapnya.

"Pengunjung atau wisatawan lokal tiket masuk hanya Rp. 5000 per orang, sementara wisatawan mancanegara dikenakan tarif masuk Rp. 10.000 per orang," lanjutnya.

Kawil Pemotoh Barat Awaluddin juga angkat bicara, dirinya menyesalkan atas pemberitaan sepihak beberapa media online terkait tuduhan pengusiran wisatawan oleh pihak pengelola, seharusnya media-media itu mengkonfirmasi keabsahan dari pernyataan tersebut agar tidak terkesan berita hoak.

"Saya sebagai anggota pengelola taman wisata Geopark Renjani sekaligus Kawil Pemotong Barat tidak menerima dengan pemberitaan yang menyesatkan masyarakat. Dan itu merupakan berita hoak dan tuduhan yang menyesatkan," tegas Kawil Pemotong Barat.

Pewarta: Red
Editor: R7 - 01