Dibombardir Iran, Israel Panik Minta PBB Menggelar Rapat Darurat

Timur Tengah - Reportase7.com

Israel panik dan meminta Dewan Keamanan PBB menggelar rapat darurat untuk mengutuk serangan Iran terhadap negaranya.

Permintaan tersebut dilayangkan melalui surat resmi yang dikirimkan Duta Besar Israel untuk PBB kepada Presiden Dewan Keamanan PBB Vanessa Frazier. (14/04/2024)

"Serangan Iran merupakan ancaman serius terhadap perdamaian dan keamanan global dan saya berharap Dewan Keamanan akan menggunakan segala cara untuk mengambil tindakan nyata terhadap Iran," ujar Duta Besar Israel untuk PBB Gilad Erdan dalam sebuah postingan di X pribadinya.

Tak hanya itu, Gilad juga meminta supaya DK PBB menetapkan Korps Garda Revolusi Iran sebagai organisasi teroris. Ia beranggapan serangan Iran menjadi ancaman terhadap perdamaian dunia.

"Saya berharap Dewan Keamanan akan bertindak melawan Iran dengan segala cara," cuitnya lagi.

Sebelumnya Iran mulai menyerang Israel dengan meluncurkan rudal pesawat nirawak hingga roket pada Minggu 14 April 2024.

Seperti dilansir Al Jazeera, sirene dan ledakan serangan udara terdengar di kota-kota di seluruh Israel, termasuk Tel Aviv dan Yerusalem. Ledakan itu diakibatkan ketika pasukan Israel, AS, Inggris, dan Yordania menembak jatuh rudal dan drone Iran yang diluncurkan ke negara tersebut.

Sirene serangan udara itu terdengar di semua wilayah Israel, termasuk Tel Aviv. Selain itu, laporan dari Al Jazeera juga menangkap beberapa kilatan cahaya di atas kota.

Negara-negara Teluk di Timur Tengah seperti Arab Saudi, Uni Emirate Arab (UEA), Oman dan Kuwait mendesak Amerika Serikat (AS) tidak menggunakan pangkalan militer AS yang berada di wilayah mereka untuk melakukan serangan balasan ke Iran.

Seorang sumber pejabat senior AS dikutip dari Middle East Eye (MEE) menjelaskan negara-negara Timur Tengah sedang 'bekerja keras' untuk menutup jalur yang dapat menghubungkan mereka dengan pembalasan AS terhadap Iran dari pangkalan di dalam negara mereka.

Arab Saudi cs juga berupaya mencegah pesawat tempur AS terbang di atas wilayah udara mereka jika AS tetap ngotot melakukan serangan balasan terhadap Iran.

Dikabarkan AS telah menghabiskan waktu puluhan tahun berinvestasi di pangkalan militer di negara-negara Timur Tengah.

Seorang pejabat dan mantan pejabat AS menjelaskan pangkalan udara di negara-negara Timur Tengah menjadi landasan peluncuran paling nyaman bagi AS untuk melawan Iran lantaran jaraknya dekat dengan Iran.

Keengganan negara-negara Timur Tengah ini telah mempersulit persiapan AS ketika sedang berperang dalam menanggapi potensi serangan Iran terhadap Israel. Pejabat dan mantan pejabat AS telah meyakini serangan akan segera terjadi, seperti yang telah dilaporkan sebelumnya di tempat lain.

"Ini kacau," kata seorang pejabat senior AS kepada Middle East Eye.
AS memiliki kurang lebih 40.000 tentara di Timur Tengah. Mayoritas berada di negara-negara Teluk yang kaya minyak, dan berpangkalan di serangkaian pangkalan udara dan angkatan laut yang strategis.

Sebelum serangan Iran ke Israel, Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz sempat menyerukan negara-negara dunia ikut mendesak Israel untuk menghentikan aksi brutal terhadap warga Palestina di Jalur Gaza.

Pernyataan Raja Salman muncul dalam pidato yang dibacakan Menteri Media Saudi Salman Al Dosari menjelang Ramadan, Minggu 10 Maret 2024.
Tak hanya Saudi, Kuwait, Qatar dan Uni Emirat Arab (UEA) juga sempat mengutuk rencana tentara Israel untuk menyerang Rafah, yang berada di selatan Jalur Gaza pada Sabtu 10 Februari 2024 lalu.

Pewarta: Red/sdn
Editor: R7 - 01