![]() |
| (Foto: Ketua MPW Pemuda Pancasila NTB Eddy Sophiaan) |
Mataram - Reportase7.com
Puluhan hingga ratusan nyawa setiap hari berada dalam bahaya serius di jalur penyeberangan vital Tano-Kayangan. Berdasarkan hasil investigasi MPW Pemuda Pancasila NTB menemukan fakta mencengangkan, sebagian besar armada kapal yang beroperasi di rute ini adalah kapal-kapal tua yang sudah melewati batas usia layak pakai.
Kondisi lambung yang keropos, mesin yang sering mogok, dan minimnya fasilitas keselamatan dasar telah mengubah moda transportasi laut ini menjadi 'bom waktu' yang siap meledak kapan saja, dan mengancam keselamatan para penumpang dan awak kapal.
Ketua MPW Pemuda Pancasila NTB Eddy Sophiaan mengindikasikan bahwa, beberapa kapal telah beroperasi selama lebih dari 25 tahun. Secara kasat mata, karat tebal menyelimuti hampir seluruh bagian lambung dan dek kapal. Bahkan, pada beberapa kapal, lantai ruang penumpang tampak sudah rapuh dan berlubang.
"Mesin utama dilaporkan sering mengalami overheat dan mati mendadak di tengah laut, memaksa kapal terombang-ambing selama berjam-jam, terutama saat cuaca buruk," ujar Ketua MPW Pemuda Pancasila NTB Eddy Sophiaan, Jumat 12 Desember 2025.
Eddy menekankan agar armada yang beroprasi di penyebrangan Tano-Kalangan minimal kapal yang sehat secara teknis dan memenuhi standar kelayakan.
"Jangan sampai sudah kejadian baru semuanya berbicara dan sibuk saling menyalahkan," tegasnya.
Dirinya menekankan kepada Dinas Perhubungan NTB agar segera mengevaluasi armada-armada kapal penyebrangan Tano-Kayangan untuk mencabut izin penyeberangan kapal-kapal tua yang setiap waktu mengancam keselamatan penumpang.
"Dihub NTB harus bertindak tegas, jangan bisniskan nyawa manusia, Harus diperhatikan usia oprasi kapal-kapal itu," imbuhnya.
"Ada sekitar 50 persen kapal-kapal yang tidak layak di penyeberangan Tano-Kalangan, ini harus menjadi atensi pemerintah terhadap kemaritiman di NTB," sambung Eddy.
Kapal-kapal yang sudah usang sangat jauh dari standar keselamatan pelayaran yang ditetapkan. MPW PP NTB menemukan kekurangan fatal dalam hal peralatan penyelamat. Sebagian besar jaket pelampung tidak memenuhi standar kelayakan atau jumlahnya jauh lebih sedikit daripada kapasitas penumpang kapal. Tidak ada simulasi keselamatan yang dilakukan, dan sekoci penyelamat terlihat sudah lama tidak diperiksa atau bahkan tidak berfungsi.
"Setiap kali naik, saya selalu berdoa. Getaran kapal ini sudah tidak normal. Ini satu-satunya akses utama kami," ungkapnya.
Sementara itu, pihak regulator dan operator kapal seolah tutup mata terhadap situasi genting ini. Meskipun desakan peremajaan armada telah disuarakan oleh berbagai pihak, termasuk aktivis keselamatan maritim, tidak ada tindakan nyata yang diambil, menjadikan profit operasional lebih diprioritaskan ketimbang nyawa manusia.
Situasi di penyeberangan Tano-Kayangan bukan lagi sekadar masalah ketidaknyamanan, melainkan krisis keselamatan publik yang membutuhkan intervensi segera. Pemerintah daerah dan Kementerian Perhubungan harus segera mengambil langkah tegas untuk mengandangkan kapal-kapal yang terbukti tidak layak berlayar dan mempercepat program peremajaan armada sebelum terlambat.
"Jangan sampai kita menunggu tragedi besar terjadi untuk menyadari betapa mahalnya harga dari kelalaian ini," tegasnya.
Senada dengan Ketua MPC PP Lombok Timur, Ruhman juga menyampaikan protes keras terhadap kapal-kapal usang yang selama ini beroprasi di penyebrangan Tano-Kalangan.
Ia menekankan kepada ASDP untuk selektif dalam menempatkan atau peroprasian armada yang layak demi keselamatan penumpang.
"Armada yang sudah usang sebaiknya di suntik mati saja, dan perlu peremajaan armada secara menyeluruh," pungkasnya.
Pewarta: Red
Editor: R7 - 01

0Komentar