Kelor Komuditi Baru Yang Mendunia, Menjadi Pendobrak Ekonomi Rakyat
Reportase7
Font size:
12px
Mataram-Reportase7.com
Industralisasi yang di gagas oleh Gubernur NTB kini telah menunjukkan kesuksesannya, Produksi Teh Moringga yang di kelolah oleh Perusahaan CV. Tri Utami Jaya telah merambah ke beberapa daerah di Indonesia bahkan permintaan dari pasar Internasional terus meningkat. (07/02/2021)
Banyak produk lain yang di kelolah dari bahan baku kelor, yang terbaru dan lagi boming adalah kopi kelor. Ini merupakan gebrakan yang sangat luar biasa dan membantu masyarakat dalam meningkatkan perekonomiannya.
Kelor NTB dibawa polesan CV. Tri Utami Jaya akan kembali menghebohkan dunia. Setelah membooming Teh Moringa (Kelor) KIDOM-nya, kini produsen jamu dan minuman kesehatan berbahan baku herbal itu bakal mengguncang jagad raya dengan Kopi Kelor.
Kopi berbahan baku kelor yang diproduksi perusahaan yang digawangi Nasrin H. Muhtar, MM, tersebut diberi nama KIDOM Coffee (bukan Mori Coffee).
Sudah saatnya warga Nusa Tenggarat Barat (NTB), khususnya di pulau Sumbawa yang memiliki lahan kering atau gersang yang begitu luas, akibat dari kebiasaan membabat hutan untuk menanam Jagung, Padi maupun tanaman palawija lainnya.
Kini telah hadir komoditi baru yang tidak kalah tinggi nilai ekonomisnya, dibanding Jagung, Padi dan sejenis palawija lainnya.
Lebih dari itu, tanaman kelor memiliki multi fungsi, yakni fungsi ekonomis, berfungsi sebagai obat-obatan maupun fungsi penyelamatan hutan. Demikian disampaikan pemilik pabrik pengolahan daun Kelor CV. Tri Utami Jaya, H. Nasrin saat bincang bincang dengan wartawan (Reportase7.com) di lokasi pabrik miliknya.
Beberapa waktu lalu, CV. Tri Utami Jaya membangun kemitraan dan melakukan penandatanganan MoU (nota kesepahaman) dengan berbagai pihak. Baik elemen-elemen di Kecamatan Kilo, Kabupaten Dompu sebagai pusat budidaya kelor melalui Perusahaan ini maupun dengan pihak dan daerah-daerah lain di NTB.
Menurut Nasrin sesungguhnya, budidaya Kelor amatlah gampang dan cepat membuahkan hasil, umur 1,5 bulan saja sudah bisa dipanen. Bibit yang paling cocok adalah batang atau biji yang sudah berada di daerah sekitar lokasi penanaman.
Kalau didatangkan dari daerah atau negara lain belum tentu cocok. "Sudah saya coba bibit dari Jawa kebanyakan mati, Cetusnya.
Kelebihan lain dari tumbuhan kelor yakni tetap subur, meskipun berada dibawah tegakan, artinya tidak harus membabat hutan buat menanam Kelor. " Yah cukup membersihkan gulma atau semak belukar yang ada di sekitar pohon kelor, terang Nasrin.
Menyangkut pangsa pasar, menurutnya, tak
ada yang diragukan, puluhan negara, sudah antri, menunggu hasil produksi CV. Tri Utami Jaya.
Nasrin juga menyinggung masalah harga pembelian langsung kepada petani, harga daun kelor yang sudah kering, berkisar antara sepuluh sampai lima belas ribu rupiah per kilo gram. Bayankan panen perdana umur 1,5 bulan per hektar bisa mencapai 1 sampai 2 ton. Bila dirupiahkan, bisa mencapai 15 juta rupiah tiap hektarnya. Sementara Kelor semakin lama kian membesar dan berdaun lebat, kemudian pada umur 6 bulan ke atas, dapat menghasilkan 10 ton per hektar, tutur nasrin.
"Bila dikalkulasi dengan standar harga minimum Rp 10.000 per kilo gram, tentu mencapai angka Rp 100 juta per hektar, tiap satu kali panen, apa tidak sejahtera petani kelor" ujarnya.
Sementara umur produktif Kelor bisa belasan tahun dan hasilnya makin meningkat. Tunggu apa lagi, tutup lelaki asal Kecamatan Kilo, Kabupaten Dompu itu.
Pewarta: MS Zakaria
Baca juga:
0Komentar